Ketika Foto Pre-Wedd Menjadi Pilihan (Bukan Keharusan)

Awalnya kami tidak ingin melakukan foto pre-wedding. Setidaknya bagi saya. Bahkan sekalipun ketika sahabat saya, Tito Rikardo dari the Uppermost menawarkan untuk memotret kami. Bukan saya tidak menghargai tawaran spesial ini, namun dikarenakan waktu yang pendek dalam mempersiapkan pernikahan kami, sehingga saya sangsi masih memiliki waktu dan energi untuk melakukannya.

Berbeda dengan Lina. Bagi wanita foto pre-wedd menjadi sangat penting. Bahkan ada yang bilang sebenarnya foto pre-wedd itu ada untuk memotret wanitanya, bukan si prianya.

Setelah memikirkan dalam-dalam, mengumpulkan cukup energi, akhirnya kami putuskan untuk melakukan foto pre-wedd. Namun ada syarat dari Tito kalau dia memotret kami, yaitu idenya harus super keren. Maklum, kalau foto pre-wedd dia gak mau di Indonesia, apa lagi di Jakarta.

Masalahnya saya bukan tipe yang suka dipotret (karena lebih sering memotret), dan tidak memiliki selera romantisme-sentimentil yang bisa dieksploitasi menjadi gagasan foto pre-wedd yang indah apa lagi mempesona.

Setelah melihat beberapa refrensi, akhirnya saya putuskan untuk menggunakan keahlian saya, yaitu konsep foto super gokil. Bukan, bukan foto #jakartasepi bersama Lina, (walaupun itu sempat kepikiran namun tidak mungkin dilakukan di musim hujan awal tahun), melainkan foto di jalan umum dan tempat publik.

Beauty in Chaos

Tidak semua orang melihat hal ini sebagai sesuatu yang keren. Sewaktu dengan semangat saya atau Lina menunjukan hasil foto pre-wedd yang menurut kami keren banget ke beberapa orang, mereka menyerengitkan dahi dengan wajah bingung campur kasihan, “kenapa gak foto studio aja?”

Gak heran sih, karena sering kali foto pre-wedd memang menampilkan hal-hal yang indah dengan bakcground pemandangan yang indah dan hampir tidak terbayang bagaimana bisa sepasang kekasih tersebut dengan pakaian lengkap dapat sampai ke sana. Gambar atau foto yang ditampilkan seperti suatu fantasi yang diidam-idamkan orang.

Namun kami melihat keindahan dengan cara yang berbeda, bahwa sebuah keindahan tidak selalu berada di tempat yang indah. Terkadang hal yang indah dapat hadir dikeseharian kita, rutinitas kita, ditengah-tengah kekacauan atau hiruk-pikuk kita. Inilah yang menjadi landasan kami mengambil konsep jalanan sebagai titik kontras untuk foto prewedd kami.

Saya sendiri menyukai energi yang ada di jalanan. Di mana semua orang bergerak dengan dinamis. Di mana sebuah akulturasi berbaur dengan baik tanpa rasa canggung.

Tujuan foto pre-wedd ini sebenarnya pesan yang ingin kami tinggalkan untuk kami di masa yang akan datang. Ketika kami melihat kembali foto pre-wedd ini bertahun-tahun kemudian, kami tetap sadar bahwa yang membuat foto ini indah tentu bukan karena tempatnya, namun karena kami ada di sana.