Kehilangan Jati Diri. Fakta atau Mitos?

Baru-baru ini saya ngobrol dengan seseorang mengenai hidup, dan ia menyampaikan bahwa masalah dalam hidupnya adalah ia telah kehilangan dirinya.

Mungkin ini istilahnya seperti kehilangan jati diri ya? Rasa ketika seseorang melakukan sebuah kesalahan atau hal-hal yang mereka tidak ingin untuk lakukan namun kita melakukannya.

Masalahnya ini adalah cara pikir yang keliru, karena kehilangan jati diri sebenarnya seperti ketika kita merasa kehilangan sesuatu yang belum kita miliki (temukan).

Orang-orang yang berkata bahwa mereka kehilangan diri mereka justru adalah orang-orang yang belum pernah bertemu dengan diri mereka sendiri. Karena ketika kita bertemu dengan diri kita sendiri, kita tidak akan pernah kehilangan kembali. Seperti ketika kita bisa naik sepeda, walaupun hanya satu kali, kita tidak akan mungkin lupa caranya walaupun berpuluh-tahun tidak naik sepeda.

Masalahnya begini, ketika kita merasa bahwa kita kehilangan diri kita berarti hal yang dulu kita alami jauh lebih baik dari pada hari ini, dan jika kita berpikir seperti itu artinya kita hidup di masa lalu. Faktanya hal terbaik dalam hidup kita adalah hari ini dan hari esok. Dan hari esok yang cerah tidak akan pernah kita dapatkan jika kita tidak menjalankan hari ini dengan sebaik-baiknya.

Kita hanya punya hari ini bersama dengan kita, bukan masa lalu - karena kita tidak dapat melakukan apa-apa lagi, dan bukan juga masa depan - karena masa depan adalah akibat hari ini.

Jadi yang terbaik dari diri kita adalah hari ini. Kita tidak kehilangan apa-apa di masa lalu dan kita tidak berhutang apa-apa di masa depan, hanya ada saat ini untuk kita kerjakan.

Jika kita tidak dapat merasakan dan memaknai hari ini bersama-sama dengan kita, 'menemukan diri kita' merupakan sebuah kemustahilan.

Bagaimana cara untuk menemukan yang terbaik dari diri kita?

Menghitung Waktu

“Ajar kami untuk menghitung hari-hari kami sehingga kami beroleh hati bijaksana.”

Sering kali kita biarkan hari kita, jam kita, menit kita berlalu tanpa makna. Kita biarkan waktu berlalu seolah waktu selalu ada bersama dengan kita.

Mulai untuk maknai waktu kita dengan jadwal; baik jadwal yang diisi maupun yang dikosongkan. Ya, dikosongkan. Seperti halnya sebuah musik, tanda istirahat pun memiliki nilai, diam pun memiliki makna penting seperti halnya berbicara.

Ketika kita lebih teliti untuk menggunakan waktu, maka kita akan sadari bahwa waktu sangat berharga sekali. Hidup kita dihitung berdasarkan waktu yang kita gunakan. Bertambah tua adalah ketika bilangan waktu yang kita lalui sudah banyak; bertambah bijak adalah ketika banyak waktu yang kita lalui sudah bermakna.

Waktu Berkontribusi

Hidup adalah mengenai kontribusi. Besar atau kecil tidaklah soal, yg terpenting kontribusi apa yang sudah kita berikan hari ini? Kontribusi terhadap diri kita sendiri, terhadap lingkungan dan rumah kita, terhadap tempat kerja kita atau keluarga kita.

Kontribusi mendorong kita untuk memiliki inisiatif, karena kita akan berusaha untuk melihat hal apa lagi yg dapat kita berikan dan tambahkan, dan inisiatif adalah cara untuk melatih diri menjadi kreatif. Ketika kita berkontribusi, kita mulai memaknai diri kita, hidup kita, lingkungan kita, bahkan keluarga kita.

Pada akhirnya kita bisa melihat diri kita yang seutuhnya, karena untuk inilah tujuan kita ada, mmberikan makna dalam hidup.