Bagaimana Gereja Mengajarkan Soal Uang?
Jarang sekali gereja bicara mengenai uang secara terbuka, dan kalau bicara mengenai uang di gereja malu-malu, karena orang biasanya berpikir bahwa, "ah ini gereja materialistik banget sih ngomongin soal uang". Padahal ada 140-160 kali uang disebutkan dalam alkitab.
Akhirnya karena uang jarang dibahas dan diajarkan dalam gereja, kebanyakan orang percaya belajar mengenai uang dari luar.
Pertama, uang itu adalah hamba yang baik dan tuan yang buruk. Bahkan dalam Matius 6:24 Tuhan sendiri berkata jangan mengabdi kepada 2 tuan. Bukan yang satu Tuhan dan yang lain setan, namun Mamon.
Kenapa? Karena mirip. Jadi biar tidak tertukar.
Uang bisa memberikan identitas, uang bisa memberikan pengharapan, uang bisa memberikan sukacita (rasa bahagia), uang bisa memberikan ketengangan. See? Semua ini yang Tuhan tawarkan kepada kita. Jadi hati-hati kalau kita mengambil keputusan hanya karena berdasarkan jumlah rekening yang kita miliki di tabungan atau lagi berdasarkan jumlah limit kartu kredit kita.
Makanya ia (uang) tidak boleh menjadi tuan, karena ia bisa jadi sangat jahat sekali. Namun ia adalah hamba yang baik. Nah bagaimana uang bisa menjadi hamba, dan terutama hamba yang baik?
Ia harus diberikan instruksi. Ingat, hanya tuan yang memberikan instruksi, jangan sampai terbalik. Jika kita tidak dapat memberikan instruksi terhadap uang, jangan-jangan ia yang menjadi tuan atas hidup kita.
Setidaknya ada 3 instruksi yang perlu kita berikan terhadap uang.
1. Instruksi untuk menyembah
Persembahan (Perpuluhan). Ini bukan soal pilihan namun bentuk penyerahan diri kita. Di tengah kata “persembahan” ada kata “sembah.” Saat memberikan persembahan, kita bukan sekadar memberi, tetapi sedang menyembah Tuhan sebagai pemilik segalanya.
Ada perbedaan antara offering dan giving, antara upeti dengan sedekah. Upeti diberikan oleh raja kecil kepada raja besar bukan karena raja besar tersebut membutuhkan, namun sebagai pengakuan bahwa raja besar memiliki kuasa dan kedaulatan atas raja kecil.
Saat kita memberi persembahan kepada Tuhan, kita mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari-Nya. Ini adalah bentuk penaklukan diri dan ketaatan.
Kalau ada yang mengajarkan bahwa, "ini cuma 10%, kecil jika dibandingkan dengan 90% sisanya yang kita terima", saya mau bilang itu delusional. 10% itu besar bagi kebanyakan dari kita. Bagi yang berpenghasilan 5juta sebulan, 500.000 itu seharga 2 kaleng susu anak kita. Kita memberi bukan karena itu sedikit dan tidak berarti, justru itu berarti. Sampai sekarang setiap mau transfer perpuluhan saya dan istri gemetar, gentar, karena itu berarti bagi kami. Kalau Tuhan tidak tolong akhir bulan pasti minus.
Saya tidak sedang bersedekah ke Tuhan, itu hal yang besar bagi saya. Namun saya berikan karena saya tahu Dia berdaulat atas hidup saya. Semua ini milik Tuhan.
2. Instruksi Untuk Menikmati
Uang sebagai berkat juga harus dinikmati. Dalam 1 Timotius 6:17b, Paulus mengingatkan bahwa Tuhan memberikan kita segala sesuatu untuk kita nikmati. Ada yang memiliki banyak namun tidak dapat menikmati, selalu merasa kurang, ada yang memiliki sedikit namun merasa berkelimpahan. Kenapa?
Karena untuk menikmati ternyata memerlukan skill.
Menikmati uang itu bukan soal jumlah, namun soal batas. Segala sesuatu yang tidak memiliki batasan cendrung tidak akan pernah benar-benar kita nikmati. Misalnya, jika kita makan tanpa batas. Selezat apapun makanan tersebut akan terasa biasa, bahkan membuat kita muntah. Namun makanan yang biasa saja namun kita peroleh dengan susah payah dan kita tahu terbatas akan membuat kita menghargai dan lebih menikmati.
Jangan nikmati sendiri, namun bagikan itu ke orang lain, seperti keluarga kita, sahabat kita, orang-orang yang membutuhkan, dalam berbagai bentuk, seperti waktu. Yes, orang kaya bukan yang sekedar punya uang banyak, namun juga waktu yang banyak.
3. Instruksi Untuk Menabur
Di 2 Kor 9:7-10 kita membaca bahwa Paulus menyamakan pemberian dengan menabur. Ayat-ayat ini bukan berbicara tentang persembahan namun tentang pemberian, karena konteksnya mengenai pemberian kepada orang-orang susah (bukan pemberian kepada Tuhan). Di sini menarik karena kalau ada yg bilang 'memberi jangan mengharapkan kembali', justru tidak ada penabur yang menaburkan benih lalu meninggalkan begitu saja ladangnya. Tentu ia mengharapkan kembali dengan pertumbuhan, bahkan berlipat kali ganda.
Berkat Tuhan ada dua, roti untuk dimakan (dinikmati sekarang) dan benih untuk ditabur (dinikmati kemudian hari). Jangan semua dihabiskan sehingga kita tidak memiliki persediaan makanan dikemudian hari.
Ada dua tempat utama di mana kita dapat menabur:
- Di instrumen yang menghasilkan buah berlipat kali ganda. Tuhan memberikan hikmat untuk menempatkan uang di investasi atau kegiatan yang dapat menghasilkan lebih banyak lagi. Justru Tuhan tidak ingin uang itu disimpan di bawah bantal (Matius 25:14-30)
- Di tempat yang tidak bisa dirusak oleh ngengat dan karat. Seperti yang dikatakan dalam Matius 6:19-21, menabur di surga berarti menginvestasikan uang tersebut untuk hal-hal yang kekal, seperti mendukung pekerjaan Tuhan dan membantu orang-orang yang membutuhkan.
Kesimpulan
Persembahan ada batasnya sehingga kita dapat menikmati uang yang kita miliki. Menikmati ada batasnya sehingga uang dapat kita menabur agar dapat menghasilkan di kemudian hari.
Pada akhirnya ini perkara yang membutuhkan pemahaman hati, bukan hanya di kepala.
"Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat...", 1 Raja-Raja 3:9.
Kita sama-sama berdoa agar sebelum kita bisa melakukannya hati kita dibuat mengerti olehNya.