Tidak Ada Kunci Sukses!
"Kunci Sukses Dari keberhasilan CEO Startup A", "Kunci Sukses dengan Menghindari Kegagalan CEO Startup Unicorn E", Ini titel di buku atau artikel atau podcast populer saat ini, padahal tidak ada kunci untuk sukses. Mengapa?
Bicara mengenai kunci adalah sebuah benda yang kecil yang spesifik, dan tanpa kunci yang sesuai sebuah pintu tidak dapat dibuka. Pintu yang berbeda tidak mungkin dapat dibuka oleh kunci yang sama. Kesuksesan pun demikian. Kesuksesan saya dengan Anda caranya spesifik, waktunya berbeda, bahkan definisi sukses kita pun dapat berbeda pada titik yang berbeda.
Sehingga kunci itu tidak eksis, kalaupun saya merasa itu kuncinya, saya bagikan ke Anda, Anda belum tentu dapat membuka pintu kesuksesan Anda. Demikian juga menjadi kaya misalnya, atau menjadi bahagia, atau apapun itu, karena standar orang berbeda, latar belakang mereka berbeda, privilege berbeda, budaya, lingkungan dan pemahaman pun berbeda.
Keberuntungan dan Risiko adalah dua saudara kandung. Keduanya merupakan kenyataan bahwa setiap hasil dalam hidup dipandu kekuatan selain usaha individu.
Saya ambil satu contoh, Bill Gates. Tentu Anda setuju bahwa Gates, secara general, dapat menjadi representatif dari arti kesuksesan. Apakah Anda dapat meniru kesuksesan dia? Beberapa orang menjustifikasi DO seperti Gates dan mengejar passion dapat berakhir dengan kesuksesan. Saya pastikan Anda tidak akan mungkin meniru kesuksesan seperti dia bahkan ketika Anda benar-benar meniru apa yang ia lakukan setiap hari.
Bill Gates bersekolah di satu-satunya sekolah menengah di dunia yang memiliki komputer (pada masanya).
Lakeside School, di luar Seattle, adalah satu-satunya sekolah menengah yang memiliki komputer berkat Bill Dougall, seorang pilot angkatan laut PD II yang menjadi guru matematika dan sience di sekolah tersebut. Dia merasa bahwa mempelajari buku saja tidak cukup tanpa pengalaman dunia nyata. Dia menyadari bahwa siswa perlu mengetahui sesuatu tentang komputer ketika masuk ke perguruan (yang pada saat itu komputer pun belum tentu ada pada sebuah kampus pascasarjana). Ini terjadi pada 1968, ketika Gates berusia 13 tahun.
Pada tahun 1968, menurut PBB, terdapat sekitar 303 juta orang usia sekolah menengah atas di dunia. Sekitar 18 juta orang usia sekolah itu tinggal di US, 270.000 tinggal di Washington, dan hanya 300 anak yang bersekolah di Lakeside School. Bayangkan, dari 303juta anak menjadi 300 siswa, dan hanya satu yang berakhir seperti Gates.
Anda bersekolah di Washington pun belum tentu seberhasil Bill Gates, apalagi jika tinggal di luar US. Satu berbanding 303 juta.
Anda masih percaya dengan kunci sukses?
Ada yang namanya keberuntungan.
Apakah jika Anda memiliki kesempatan yang sama dengan Gates, kecerdasan yang sama, status sosial//ekonomi orang tua dan privilege yang sama dengan Gates, dan belajar sekeras gate, Anda bisa berhasil sama seperti dia?
Saya kenalkan Anda dengan Kent Evans. Bill Gates dan Paul Allen menjadi terkenal berkat kesuksesan Microsoft. Mereka berasal dari sekolah menengah yang sama, namun di Lakeside ada anggota ketiga dari gang geek tersebut, yaitu Kent Evan. Bahkan menurut Gates sendiri Kent lebih cerdas dan berbakat dari dirinya. Siswa terbaik dikelasnya. Mereka berdua bersahabat sejak kelas 8 (SMP kelas 2). Mereka sudah menyusun berbagai rencana ketika kuliah dan bekerja nanti, mungkin mereka akan menjadi mitra pendiri Microsoft bersama Allen. Sayangnya Kent tidak pernah lulus dari SMA tersebut. Dia mengalami kecelakaan dalam pendakian gunung.
Ada yang namanya risiko.
Dunia ini terlalu kompleks untuk memungkinkan 100% tindakan kita akan menentukan 100% hasil kita. Kita bergerak dalam permainan dengan lebih dari 8 milliar orang lainnya ikut bergerak tanpa batas kemungkinan.
Apakah bisnis yang gagal tidak berusaha cukup keras?
Apakah investasi buruk tidak dipikirkan dengan matang?
Apakah karir yang mandek disebabkan oleh kemalasan? Terkadang ya, namun sangat sulit untuk mengetahuinya.
Segala sesuatu yang layak untuk dikejar memiliki peluang keberhasilan yang kurang dari 100%, dan risiko adalah apa yang terjadi jika Anda berada pada sisi yang tidak beruntung.
Anda bisa beranggapan Mark Zuckerberg adalah seorang jenius yang menolak tawaran Yahoo! ketika ingin membeli Facebook senilai USD1 milliar pada 2006. Dia melihat masa depan dan berpegang teguh pada misinya. Namun di saat yang sama Anda mungkin mencemooh apa yang di lakukan Yahoo! -- dengan semangat yang sama, ketika menolak tawaran pembelian besar dari Microsoft.
Apakah Yahoo! telah melakukan sebuah kesalahan atau hanya mengalami kenyataan resiko?
Hanya perlu satu hal kecil agar narasi berubah dari, "Mark adalah seorang jenius, berikut adalah kunci kesuksesannya", menjadi "Mark adalah seorang pecundang, coba belajar dari kegagalannya". Itu sebatas dia beruntung atau mengalami resiko.
Di sini saya tidak bermaksud merendahkan kerja keras dan usaha kita untuk terus berkembang dan belajar, namun ada pelajaran yang lebih relevan untuk diambil dari sekedar mencari kunci sukses seseorang. Kita perlu belajar dari perspektif yang lebih luas dengan pengamatan yang umum dibandingkan mempelajari tokoh-tokoh ekstrem yang viral di berita-berita.
Mustahil Anda bisa mengcopy apa yang Bill Gates atau Mark Zuckerberg lakukan untuk menjadi sukses, namun kemungkinannya jauh lebih besar jika Anda belajar dari kesamaan orang-orang yang dianggap berhasil dalam rentang waktu yang luas dari berbagai belahan dunia. Karena kesamaan itu yang membuat sekelompok orang-orang tersebut berhasil. Semakin banyak sampelnya, semakin valid pola kesuksesan tersebut, semakin besar Anda dapat mereplikanya dalam kehidupan Anda.
Bill Gates pernah berkata, "Sukses adalah guru yang buruk, karena hal ini menggoda orang pintar untuk berpikir bahwa mereka tidak akan kalah."
Sebaliknya, kegagalan bisa menjadi guru yang buruk, karena kegagalan menggoda orang-orang pintar untuk berpikir keputusan mereka buruk, padahal terkadang kegagalan tersebut merupakan fakta dari kenyataan resiko itu ada.