Mengapa Saya Memilih Memotret?

Mengapa-Saya-Memilih-Memotret
Prisillia and Gunawan

Ini merupakan pengalaman pertama saya memotret langsung lamaran, dan ini salah-satu hal yang paling susah untuk difoto sekaligus paling menegangkan. Antara yang melamar sama yang motoin tegang-nya gak jauh berbeda.

Ini jauh lebih susah dari motret wedding (menurut saya ya), karena tantangannya bagaimana memotret moment tanpa kehilangan elemen kejutan & candid, ditambah moment tersebut hanya berlangsung tidak lebih dari 20 detik. Dan tidak bisa diulang, karena Anda tidak bisa menyuruh pasangan mengulang atau berpose seolah terkejut atau terharu ketika menerima cincin (kecuali pasangan Anda aktris dan aktor). Dan karena biasanya moment ini private, si cewek tidak memiliki ekspektasi kalau sudah ada fotografer yang bersiap-siap di kejauhan. Jadi kalau si fotografer terlihat, apa lagi dengan membawa lensa tele sebesar termos, Anda baru saja mengintimidasi si cewek (eh, bener gak sih?).

Ditambah lagi persiapannya tidak banyak. Saya dihubungi persis H-4, dan baru briefing dan lihat lokasi di H-2. Saya tidak bisa harapkan teman saya memberikan briefing yang sempurna juga, karena dia pun sama tegangnya dan bingung (walaupun coba untuk ditutupi). Awalnya saya masih santai-santai saja, namun sebuah pertanyaan memukul benak saya, “bagaimana kalau sampai foto seumur hidup sekali ini jelek, momentnya gak dapat, apa lagi gak bisa diulang?”

**Dang! **
Seketika itu juga saya langsung merasa menyesal sudah menerima tawaran ini hahaha….

Dengan waktu yang sedikit dan persiapan yang mepet, kenapa saya akhirnya menerima tawaran ini?
Mengapa-Saya-Memilih-Memotret1
18 Februari 2017

Saya rasa sedikit profesi seperti fotografer, yang (biasanya) selalu hadir dalam moment paling bahagia dan paling sedih dalam hidup manusia. Khususnya moment-moment yang berhubungan dengan orang lain, dalam hal ini pertunangan. Tidak jarang seorang fotografer menjadi tempat untuk menceritakan kegundahan seseorang ketika mengalami moment-moment tersebut. Bagaimana groginya mereka melamar pacarnya, bagaimana bahagiahnya mereka ketika anak pertama mereka lahir, atau sebaliknya, bagaimana rasa kehilangan ketika ditinggalkan orang tercinta.

Sebenarnya gak banyak sih yang bisa dilakuakn seorang fotografer ketika berada di moment-moment tersebut, kecuali mengambil gambar yang bagus. Merekam kejadian terbaik walaupun dalam musim kehidupan terburuk, agar bisa digunakan sebagai sarana nostalgia. Sebagai obat untuk rindu atau menyembuhkan hati.

Bagaimana caranya menyembuhkan hati?
Pernah melihat moment di mana sebuah pernikahan berada di ujung perceraian, dan di masa-masa itu biasanya masing-masing pasangan ada yang mulai membuka album foto-foto pernikahan atau pertunangan mereka, dan mereka mulai mengingat kembali alasan kenapa mereka memutuskan bersama.
Atau ketika kita bertengkar dengan orang tua kita, coba lihat kembali foto-foto waktu kita kecil bersama orang tua kita, ketika mereka berusaha membesarkan kita.

Mengapa-Saya-Memilih-Memotret3
Itu sebabnya saya passionate melakukannya. Fotografi bukan profesi yang saya pilih untuk menafkahi hidup, namun salah-satu cara saya melihat dan berinteraksi dengan dunia. Cara saya terhubung dan berteman dengan orang lain, merekam kisah agar cerita sewaktu-waktu dapat diulang kembali dengan rasa.

Joh Juda

Read more posts by this author.

Subscribe to

Get the latest posts delivered right to your inbox.

or subscribe via RSS with Feedly!