Be Single!

Be-Single

Apa tujuan kita pacaran, hingga rela mengambil resiko untuk patah hati? Jawabannya bisa macam-macam, namun secara umum semua sependapat, bahwa alasannya untuk mencari bahagia dan rasa nyaman. Buat apa mencari pasangan kalau tidak membuat kita lebih bahagia kan?

“Pasangan adalah orang yang melengkapi kita, membuat kita penuh”. Kenyataannya tidak demikian, dan jika kita mencari seseorang untuk membuat kita penuh, bukannya kita justru akan mengosongkan milik pasangan kita dan membuat pasangan kita yang kekurangan?

Bayangkan seperti ini: ada dua gelas setengah terisi. Mereka bertemu dan mereka pikir bisa saling mengisi. Mereka merasa cocok, karena sama-sama memiliki air yang bening, minat, dan rasa yang sama. Gelas pertama akan mencoba mengisi kekurangan dari gelas ke dua. Sementara gelas ke dua perlahan-lahan mulai terisi penuh, gelas pertama perlahan-lahan mulai kosong. Lalu bagaimana nasib gelas pertama? Karena dia kekurangan dan merasa sudah memberikan bagiannya pada gelas ke dua, dia mulai menuntut untuk gelasnya pun diisi. Perlahan masing-masing gelas akan saling menuntut untuk diisi. Sampai di sini mungkin sebagian besar dari kita pernah mengalami pengalaman serupa ini.

Apa yang menjadi “kekosongan” kita? Weakness? unhappy?
Masalahnya tidak ada seorang pun yang bisa buat kita bahagia. Faktanya adalah, jika kita tidak dapat bahagia dengan diri kita sendiri, kita tidak mungkin akan bahagia dengan orang lain. Dan kalau ada orang yang benar-benar dapat membuat Anda bahagiah, mungin malah Anda menjadi sumber ketidak-bahagiaan dia. Itu sebabnya kita perlu menjadi SINGEL.

single
sin·gle \ˈsiŋ-gəl
mean: sole, unique, unbroken, undivided

Singel tidak berkonotasi negatif. Justru sebaliknya, singel adalah kata yang positif. Single artinya utuh, unik, tak tergoyahkan, dan penuh. Jadi bukan kita berpasangan baru menjadi utuh dan penuh, justru saat kita single kita sudah harus merasa penuh. Tanggung jawab kita untuk menjadi pribadi yang utuh, tak tergoyahkan dan memaksimalkan setiap potensi kita. Kita tidak bisa membebankan tanggung jawab tsb kepada orang lain, apa lagi pasangan kita. Kita akan merasa penuh ketika kita menyadari arti keberadaan kita dan menemukan tujuan dari hidup kita. Jauh lebih penting untuk mengetahui kenapa kita ada di dunia ini, dibandingkan menemukan pasangan kita. Saat kita menjadi utuh, kita dapat memaksimalkan potensi yang kita miliki dan dengan memiliki impact bagi lingkungan kita.

Dan ketika dalam perjalanan mengejar tujuan hidup, kita menemukan seseorang yang berjalan dengan arah yang sama, kita bisa mulai memastikan dia adalah pasangan kita. Karena kita bisa bertemu seseorang dalam perjalanan namun dengan tujuan yang berbeda.

Bagaimana dengan rasa nyaman?
Nyaman itu bisa di adjust. Beberapa tahun lalu saya rasa sedikit dari kita merasa nyaman belanja secara online, namun sekarang mungkin kita merasa tidak nyaman lagi belanja ke pasar swalayan. Saya tipe orang yang susah untuk tidur di tempat baru, semahal dan senyaman apapun kasurnya. Namun setelah satu malam biasanya saya tidak akan mengalami masalah. Nyaman adalah hasil dari kita beradaptasi terhadap suatu kondisi.

Lalu bagaimana dengan cinta? Oke, yang ini kita simpan untuk tulisan berikutnya ya :)

Joh Juda

Read more posts by this author.

Subscribe to

Get the latest posts delivered right to your inbox.

or subscribe via RSS with Feedly!