Antara Sosial Selling dan Digital Marketing

Screen-Shot-2017-10-31-at-2.49.36-PM
Hari Sabtu lalu saya berkesempatan untuk sharing mengenai Digital Marketing di Bogor. Ketika MC sedang memperkenalkan diri saya dan materi hari itu, ada perkataannya yang mengglitik saya, yaitu, “jadi hari ini kita akan belajar digital marketing, yaitu bagaimana berjualan di sosial media”.

Apakah Anda salah-satu yang berpikir seperti MC ini, bahwa berjualan di sosial media adalah digital marketing?

Jika ya, maka melalui posting ini saya akan bilang bahwa berjualan di sosial media yang biasa dilakukan oleh para onlineshopper bukan digital marketing, bahkan bukan internet marketing, melainkan social (media) selling.

Ketika Anda menawarkan atau mempromosikan barang di sosial media, itu artinya Anda sedang menawarkan atau mempromosikan ke teman-teman Anda. Bayangkan seperti Anda menawarkan atau mempromosikan sebuah barang ke tetangga Anda. Satu-dua kali mungkin masih menarik, namun kalau setiap ketemu, setiap ngobrol dengan Anda, yang mereka dengar adalah cerita mengenai produk Anda, promosi Anda, betapa hebatnya produk Anda, saya sangsi mereka akan merasa nyaman jika ketemu Anda. Masih ingat teman-teman Anda yang MLM atau agen asuransi dulu kan?

Selain itu jika Anda menawarkan atau posting jualan Anda, apa lagi di Facebook, hanya 2% dari followers Anda yang melihat posting Anda (bahkan algoritma Facebook yang terakhir lebih kejam, Facebook hanya memprioritaskan postingan dari teman dan family, maka kemungkinan yang lihat posting Anda di fanpage nyaris 0%).

Jadi apakah berjualan di sosmed sama-sekali tidak efektif?

Tidak juga, karena sosial selling biasanya efektif digunakan oleh para blogger atau influencer, karena mereka memang mengumpulkan pertemanan (di sosial media) dengan bercerita mengenai produk. Prinsipnya memang orang-orang yang follow mereka karena ketertarikan mereka mengenai produk yang direview atau ditawarkan.

Lalu Apa Peran Sosial Media dalam Digital Marketing?

Anda bukan hadir di jaringan sosial media untuk menawarkan produk yang Anda miliki, namun Anda perlu hadir sebagai produk yang berteman dengan jaringan sosial Anda. Peran sosial media sangat penting, baik untuk menyampaikan hingga mempromosikan produk Anda, namun dengan cara retargeting audience Anda (dan bukan dengan spamming).

Cara kerja retargeting adalah hadir dan menawarkan produk kepada orang yang tertarik (atau diindikasikan tertarik) dengan produk tersebut. Tidak harus teman Anda, namun berasal dari jaringan pertemanan teman Anda. Dengan retargeting, Anda tidak spamming timeline akun sosial media Anda sehingga tidak mengganggu teman-teman Anda, namun di saat bersamaan orang-orang yang memang tertarik dengan produk Anda mendapatkan informasi dan penawaran yang tepat.

Namun Pertama-tama, Alamat Digital Dulu

Sosial media sangat besar perannya untuk awareness, namun kita perlu lebih dari sekedar awareness. Ketika orang-orang tertarik mengenai produk Anda, lalu mereka ingin informasi lebih lanjut atau bahkan membeli produk Anda, maka Anda perlu mengarahkan ke alamat/rumah Anda.

Beberapa tahun lalu ketika kita saling bertukar kartu nama, yang dilihat pertama kali adalah alamat kantor dan nomor telpon kantor, karena dua hal ini menjadi validasi pertama apakah perusahaan tersebut exist atau tidak. Tidak hanya perusahaan, bahkan toko pun demikian.

Berbeda dengan saat ini, ketika Anda selesai bertemu orang baru atau bertukar kartu nama, jika Anda kurang familiar dengan nama perusahaan atau tokonya, pasti yang akan Anda lakukan adalah mengecek website-nya, googling nama perusahaannya, mengecek sosial medianya. Bahkan saat ini beberapa HR menambahkan akun sosial media sebagai bahan rujukan untuk melihat calon kandidatnya.

Website adalah eksistensi Anda di jagad digital, sehingga wajib dimiliki pertama kali ketika ingin going to digital. Namun di sini kendalanya, sering kali website dibuat sekedar jadi (karena memang tidak mudah membangun website), padahal berdasarkan survey 94% orang mengatakan design (web) sebagai alasan mereka mempercayai sebuah situs tertentu, dan hanya 6% yang menyebut konten sebagai alasannya.

As your online headquarters, it’s vital to make sure that your website makes a good impression on your customers.

Personal Touch

Anda punya awareness di sosial media, Anda punya traffic ke alamat digital Anda (website), selanjutnya Anda perlu memberikan identitas kepada visitor Anda. Memberi identitas pelanggan di sini berarti Anda melengkapi data personal visitor atau pelanggan Anda.

mungkin mereka mengontak Anda untuk sekedar menanyakan beberapa hal, mungkin juga membeli 1-2 kali, dari sini Anda mulai mengumpulkan profile dan data-data customer Anda; seperti nama, alamat, nomor telpon, email, gender, dll. Perlahan-lahan visitor Anda mulai memiliki identitas. Orang-orang yang pernah berkunjung di alamat Anda --entah mereka membeli atau tidak, perlu treatment secara khusus dengan sentuhan personal.

Sentuhan personal ini tidak terjadi di sosial media, untuk itu Anda perlu menggunakan email marketing dan atau chat marketing. Ini menjawab kenapa e-commerce saja tidak cukup sebagai alamat digital Anda. Pertama karena Anda tidak mendapatkan database, kedua karena Anda tidak dapat melakukan retargeting.

Kurang lebih inilah gambaran digital marketing secara kulit luar. Jika Anda tertarik lebih lagi di digital marketing, saya anjurkan Anda untuk subscribe email Anda di bawah ini atau tinggalkan comment Anda di blog ini.

Joh Juda

Read more posts by this author.

Subscribe to

Get the latest posts delivered right to your inbox.

or subscribe via RSS with Feedly!