Creativity is for Everyone

Screen-Shot-2018-11-13-at-1.45.54-AM
Sebelum kita mengenal Allah yang Baik, Allah yang Menyediakan, Allah yang Menjaga, manusia pertama mengenal Allah sebagai the Creator; Allah Sang Pencipta, Allah yang kreatif. Dan jika kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, sudah seharusnya kreatif menjadi bagian dari DNA kita.
Kita baru mengenal nama lain dari Allah setelah manusia berdosa. Kita tahu Allah kita penyedia setelah kita kekurangan, kita tahu Allah kita penjaga setelah kita menjadi takut, kita tahu Allah kita mengampuni setelah kita berbuat dosa.

Jadi kreativitas bukan talenta, yang hanya dimiliki oleh beberapa profesi saja. Memang seorang seniman dituntut untuk lebih kreatif, namun untuk berjualan di tengah kompetisi yang semakin sengit, Anda memerlukan cara berjualan yang kreatif. Memang seorang musisi memerlukan kreativitas dalam bermain musik, namun seorang ibu rumah tangga pun memerlukan kreativitas agar anaknya makan sayur. Bahkan Anda bisa seorang musisi atau seniman namun tidak menjadi kreatif.

Ini sejalan dengan pendapat, Tina Seelig, executive director dari Stanford Technology Ventures Program (yang merupakan entrepreneurship center dari Stanford University School of Engineering), yang mengatakan,

“Our brains are built for creative problem solving, and it is easy to both uncover and enhance our natural inventiveness. The human brain evolved over millions of years from a small collection of nerve cells with limited functionality to a fabulously complex organ that is optimized for innovation”.

Dan lebih jauh lagi, sudah seharusnya kreativitas mengalir dari dalam gereja (sebagai tubuh Kristus) ke luar (society). Sudah seharusnya gereja kita dipenuhi oleh orang-orang yang kreatif dan bukan orang-orang yang sekedar menjalankan rutinitas. Namun yang sekarang kita temukan justru sebaliknya. Gereja belajar creativity dari luar. Orang-orang di dalam gereja lebih banyak tahu apa yang tidak boleh dilakukan oleh sesamanya dibanding apa yang dapat mereka lakukan untuk sesama.

Kita semua memerlukan kreativitas agar dapat hidup berbeda dan sgnifikan. Dan jika kita signifikan, barulah kita menjadi garam. Karena garam adalah hal yang signifikan; keberadaannya tidak perlu banyak, namun membawa perbedaan.

Kreativitas tidak datang dengan sendirinya. Bukan sesuatu yang kita duduk, merenung, cari mood, lalu kita menjadi kreatif. Kreatif berbeda dengan ilham. kreativitas adalah cara berpikir untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa dengan cara-cara baru. Ini sangat penting karena dunia berubah sangat cepat, dan ide-ide terobosan diperlukan untuk tetap kompetitif.

Kreativitas bukan hal yang tercipta dalam satu malam, melainkan gaya hidup yang kita bentuk setiap hari, dan untuk menjadi kreatif membutuhkan upaya yang signifikan.

Bagaimana membentuk budaya kreatif? Bagaimana menjadi orang yang kreatif?

1. Initiative;

Anda tidak dapat menjadi kreatif dengan cara disuruh atau ditugaskan, apa lagi bersungut-sungut. Anda perlu untuk membangun sikap inisiatif. Tentunya insiatif untuk melihat dengan cara yang berbeda dan bertindak dengan cara-cara yang baru. Mulai dengan hal-hal yang sederhana namun dengan cara-cara yang berbeda.
Orang yang kreatif selalu berusaha untuk melihat kesempatan dalam setiap situasi, selalu mencari solusi dari setiap persoalan. Itu sebabnya kita senang berada dekat dengan orang kreatif, karena yang mereka lihat adalah solusi dan bukan bahan komplain.

2. Cultivate;

ketika manusia diciptakan dan ditempatkan di taman Eden, tugas yang diberikan Allah kepada manusia adalah cultivate and keep it (Genesis 2:15 AMP). Kita tahu tentunya Allan menciptakan taman tersebut dengan begitu baik, begitu indah, namun manusia ditempatkan disana untuk membuat taman tersebut berkembang lebih baik lagi. Orang-orang kreatif memiliki hasrat untuk selalu menambahkan; menambah lebih baik, menambah lebih cepat, menambah lebih hemat, menambah lebih banyak - segala sesuatu yang sifatnya menambahkan dari sebelumnya. Semangat ini perlu untuk dibudayakan dari setiap kegiatan dan aktifitas kita. Apa yang bisa kita tambahkan dari pekerjaan kita yang biasa-biasa saja?

3. Always learning;

kita hanya dapat berkembang sejauh pengetahuan kita, dan untuk menjadi creative mau tidak mau kita perlu terus belajar. Jika kita memiliki pengetahuan maka jauh lebih mudah bagi kita untuk mengkoneksikan setiap dot dalam memecahkan masalah. Mental always learning pun diperlukan agar kita memiliki pemikiran yang terbuka dengan cara-cara baru dan semangat untuk terus berkembang.

Pada akhirnya kreativitas adalah soal semangat kita untuk berkontribusi lebih baik bagi komunitas kita.

Joh Juda

Read more posts by this author.

Subscribe to

Get the latest posts delivered right to your inbox.

or subscribe via RSS with Feedly!