Photo Credit: christfellowshipga.org
Kisah Jonah and the whale (Yunus di dalam perut ikan) adalah salah-satu kisah yang populer diceritakan di sekolah minggu. Biasanya kisah ini diangkat ketika belajar mengenai ketaatan, dan Jonah adalah contoh dari ketidaktaatan kepada Tuhan sehingga dihukum dalam perut ikan. Makanya ketika saya mau menamakan anak kami dengan 'Jonah', rata-rata orang menyerengitkan dahi. Mungkin mereka berpikir, mau anak lu gak nurut ya?
Why Jonah?
Berawal ketika saya dan istri sedang meditasi berdua, dan bacaan kita di Book of Jonah. Tiba-tiba Lina (istri saya) nyeletuk, "bagaimana kalau nama anak kita Jonah aja?". Itu bahkan ketika kami belum mengetahui kelamin si janin.
Awalnya respon saya sama dengan orang-orang yang menyerengitkan dahi di atas, namun setelah dipelajari lebih jauh, kami menemukan sesuatu yang indah sekaligus luar biasa dalam diri seorang Jonah. Setidaknya ada 4 hal menarik dari seorang Jonah.
1. Jonah tidak melakukan hal yang jahat di mata Allah
Tercatat dalam Alkitab hanya ada dua orang yang ketika badai besar datang, namun mereka ditemukan sedang tertidur dengan nyenyak. Pertama tentu kita tahu Yesus Kristus, dan kedua adalah Jonah (Jonah 1:5b). Ini bukan badai biasa, karena disebutkan para mariner (orang yang terbiasa dengan angin dan ombak) sampai ketakutan, mereka bahkan telah membuang cargo agar kapal tidak tenggelam (padahal untuk tujuan tersebut mereka berlayar, membawa cargo), namun Jonah dapat tertidur dengan nyenyak.
Anda tidak mungkin dapat tidur dengan nyenyak di tengah badai, Anda tidak mungkin tidur dengan nyenyak jika telah melakukan hal yang salah/jahat. Anda hanya bisa tidur dengan tenang ketika kondisi hati tentram dan tenang, walaupun mungkin keadaan sebaliknya.
2. Jonah sangat disayangi dan dijaga oleh Allah
Jonah tahu jati dirinya.
So he said to them, “I am a Hebrew; and I fear the Lord, the God of heaven, who made the sea and the dry land.” (Jonah 1:9).
Di sini sangat jelas bahwa Jonah menyadari betul bahkan di lautan sekalipun ada dalam ciptaan Allah, jadi ia bukan lari dari Allah, namun tidak ingin melakukan apa yang Allah kehendaki.
Jonah punya alasan yang sangat kuat bahkan logis untuk menolak permintaan Allah. Mungkin Anda tidak tahu seperti apa orang-orang Niniwe ini, namun bayangkan saja begini: sekelompok orang yang sangat jahat; mereka membunuh sanak-saudara Anda, mereka menyiksa anggota keluarga Anda, beberapa diantaranya diperkosa, mereka membuat hidup Anda dan keluarga Anda sangat menderita. Bertahun-tahun Anda berdoa agar hidup Anda dan keluarga ditolong, dan satu hari Tuhan menjawab doa Anda untuk menyampaikan kabar baik agar orang-orang tersebut bertobat dan menerima kebaikan Allah.
Namun apakah Allah marah terhadap Jonah yang menolak permintaanNya?
Tidak. Walaupun disebutkan bahwa badai besar tersebut terjadi karena dirinya, tapi sedikitpun Jonah tidak menganggap hal yang menimpa dirinya sebagai sebuah hukuman, alih-alih justru penyertaan dan penjagaan Allah. Keyakinan ini lah yang ketika orang-orang bertanya bagaimana agar membuat lautan menjadi tenang, dengan penuh percaya dirinya Jonah menjawab, "Pick me up and throw me into the sea..." (Jonah 1:12).
Ini bukan tindakan bunuh diri, karena ia tahu Allahnya pencipta lautan, melompat ke laut adalah tindakan menyelamatkan diri. Justru tindakan bunuh diri jika ia tetap berada di kapal. Dan benar saja, Allah mengirim ikan besar dan menyimpan Jonah selama 3 hari di dalam perut ikan tersebut.
3. Jonah sangat mengenal hati Bapa
Ada yang berkata bahwa akhirnya Jonah bertobat dan menyesali perbuatannya, karena pengalaman ia di perut ikan digambarkan kesengsaraannya seperti di dalam neraka (Jonah 2:2). Anda bisa cari dalam book of Jonah, bahkan hingga akhir pun tidak ada kata penyelasan atau minta ampun (karena memang ia sama sekali tidak merasa bersalah).
Namun menariknya, masih dalam keadaan di dalam perut ikan, Jonah bisa berkata, "Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku. Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus". (Yunus 2:6b, 7); "Salvation is of the Lord.” (Jonah 2:9).
Bahkan ia sudah tahu ia akan selamat sebelum ia keluar dari perut ikan. Ia sudah tahu perut ikan itu bukan hukuman, namun cara Allah menjaganya.
Lebih jauh lagi, ketika ia tiba di Niniwe, alih-alih menyerukan pertobatan, ia malah 'mengutuk' dengan berkata, "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." (Yunus 3:4).
Mengapa ini sebuah kutukan?
Karena begitu Tuhan mengampuni orang-orang Niniwe, bukan saja dengan terang-terangan Jonah tidak senang, ia bahkan marah kepada Tuhan (Jonah 4:1-4). Jadi jelas perkataannya di Yunus 3:4 bukan dengan maksud agar orang Niniwe bertobat.
Namun apakah Tuhan marah kepada Jonah?
TIDAK. Bahkan dikatakan Tuhan justru datang untuk menghibur Jonah (Yunus 4:6).
Bagaimana bisa ada manusia yang 'marah' kepada Allah, dan Allah justru datang untuk menghiburnya?
Ini sungguh hubungan yang sangat indah sekali dan intim, seperti seorang Bappa kepada anakNya.
4. Melalui Kristus dan untuk Kristus
Hal-hal yang luar biasa dari kisah Jonah ini justru bukan datang dari kesempurnaan tindakannya. Malah sebaliknya, datang dari segala kekurangannya sebagai seorang anak manusia.
Kisahnya sendiri banyak yang menyangsikan kebenarannya dan dianggap sebagai sebuah fiksi murni. Namun Yesus Kristus sendiri yang memvalidasi kisah ini sebagai sejarah asli, bahkan menyamakan peristiwa tersebut dengan peristiwa kematian dan kebangkitanNya (Matius 12:39-41).
Keindahan dari book of Jonah bukan mengenai pertobatan orang-orang Niniwe atau keselamatan yang diterima Niniwe, atau 'khotbah' hebat yang menyelamatkan sebuah kota yang luar biasa besar, namun mengenai keindahan berjalan bersama Kristus.
Kita mungkin gagal dalam pekerjaan, merasa tidak sempurna menjadi orang tua, atau belum berbakti menjadi orang tua, dan semua gambaran ideal tersebut jauh dari kita. Tapi cukup Kristus bagi kita, maka semuanya akan menjadi sempurna di dalam Dia.
To: Jonah Pratamajuda, 14 Maret 2019.
Jadi doa papa dan mama untukmu Jonah: jadilah anak yang ceria dan penuh keyakinan di dalam Kristus. Miliki jiwa pembimbing dan penuh ide. Kritis terhadap diri dan orang lain. Jadilah merpati. Selalu sertakan Kristus dalam segala hal.
Artikel menarik lainnya:
10 Great Lessons from the Book of Jonah, By Wayne Jackson