Mengapa Kita Sulit Mempercayai Tuhan?

vector-handdrawn-illustration-lettering-phrases-trust-god-idea-poster-postcard_844859-102
Kenapa begitu sulit untuk mempercayai Tuhan dalam keseharian hidup kita?

Ya, mungkin di mulut kita bisa bilang itu mudah, tapi dalam pikiran bahkan di dalam lubuk hati kita, sering kali tanpa sadar atau bahkan sadar, diam-diam kita meragukan Tuhan.

Kita tahu hal itu tidak benar (karena itu yang diajarkan agama terhadap kita sebagai doktrin), sehingga kita memaksa pikiran kita untuk percaya. "Percaya saja!", yang kita berusaha mengulang-ngulang kata-kata tersebut, baik dalam bentuk lagu, doa, bahkan kata-kata afirmatif seperti layaknya mantra untuk membuat diri kita percaya; yang sebenarnya kita sulit untuk percaya...

Mungkin karena...

1. Kita perlu untuk berhenti mempercayai hal lain, yg selama ini kita pikir itu adalah sebuah kebenaran.

Banyak kepercayaan yang tanpa sadar kita percayai, kita pegang, dan ternyata secara tidak langsung (maupun langsung) membuat kita tidak percaya dengan Tuhan. Contohnya kerja keras.

Kita percaya bahwa keberhasilan datang dari kerja keras dan usaha kita. Sehingga untuk mempercayai hari depan yang penuh pengharapan dari Tuhan, tanpa kita berusaha keras tidak akan terjadi.

Padahal kebenarannya karena sukses dan berhasil itu karena Kristus bersama dengan kita dan kerja keras yang kita lakukan adalah karena kita orang merdeka.

Terkadang ilalang yg ikut tumbuh bersama gandung harus kita buang terlebih dahulu agar gandum dapat bertumbuh lebih baik lagi, karena jika tidak mungkin kita tidak akan pernah bisa menuai benih yg baik itu.

Cek kembali apa yg selama ini kita yakin sebagai sebuah kebenaran, apakah itu berasal dari Kebenaran Firman Tuhan atau kebenaran dunia.

2. We want to trust Him, but (our heart) it's already full.

Penuh terhadap apa? Penuh dari hal-hal yang kita doakan. Because the things we prayed for become the center of our life. Kita terjebak dengan apa yg kita doakan menjadi jauh lebih penting dari kepada siapa kita berdoa. (1 Sam 1: 27, 28).

Apapun yg kita doakan sebenarnya tidak layak untuk berada di tengah, bahkan justru menempatkan hal yang kita doakan ke dalam berbahaya. Karena center juga berbicara mengenai sasaran yang mudah untuk diincar /diserang musuh.

Hanya Tuhan yg layak berada di center of our life karena Ia terhebat dan terkuat, sehingga panah iblis tidak akan mungkin menghancurkanNya.

Jadi biar Tuhan yg menjadi center dari kehidupan kita, itu hal yg terbaik yg bisa kita berikan untuk anak kita, pekerjaan kita, keluarga kita, pasangan kita, bahkan pelayanan kita.

3. Kita Perlu Mendefinisikan ulang apa itu baik.

Baik bagi kita belum tentu baik bagi orang yang kita sayang atau keluarga kita. Apa yang kita lihat baik saat ini belum tentu baik untuk dikemudian hari. Karena baik bagi kita berdasarkan situasional yg dapat berubah-ubah.

Hari ini kita bisa melihat bahwa ketika kita minta kuda dan kuda ada di peternakan kita adalah hal yang baik, namun besok kuda yang sama menendang anak kita dan anak kita menjadi lumpuh, kita bisa melihat sebagai sebuah kesialan. Setahun kemudian kita dapati anak kita tidak bisa ikut wajib militer ketika terjadi perang menjadi sebuah rentetan hal yang baik, dan demikian seterusnya. Definisi kebaikan bagi kita bisa berubah-ubah.

Namun kebaikan yang ada dalam pemandangan Tuhan jauh melampaui situasi dan kondisi kita saat ini yang serba terbatas. Yang kita bisa yakin adalah penyertaan Tuhan yang sempurna dan rancanganNya yang penuh Damai Sejahtera itu yang selalu menyertai kita. Yang baik itu Tuhan bersama kita.

Joh Juda

Read more posts by this author.

Subscribe to

Get the latest posts delivered right to your inbox.

or subscribe via RSS with Feedly!