OKR Untuk 2025
Memasuki tahun yang baru biasanya kita memulai dengan membuat berbagai plan demi plan, baik secara individu maupun dalam pekerjaan. Baik itu secara profesional atau pemilik bisnis.
Namun sering kali kita gagal. Bukan dalam merencanakannya namun dalam menjalankannya. Kendalanya sering kali bukan karena kita tidak menjalankannya namun lebih sering karena kita tidak tahu bagaimana mengukur setiap task dan progress yang sudah kita lakukan, ditambah lagi konsep kita terhadap resolusi dan planning tidak realistis. Makanya saya sempat menulis di tahun lalu bahwa goal itu menjadi tidak penting.
Sekitar 2016, saya mengenal yang namanya OKR, Objective Key Result. Saya tahu bahwa ini digunakan oleh tech company seperti Google, Micosoft, IBM untuk tracking setiap pekerjaan timnya. Sejak saat itu saya mulai mempelajari lebih dalam, apa lagi saat itu salah-satu tim saya bekerja di Mozilla dan mereka menggunakan OKR secara aktif. Bahkan di 2018 saya dan pasangan menggunakan OKR untuk merencanakan dan mempersiapkan proyek pernikahan kami, karena -- jika melihat waktu yang kami miliki untuk mempersiapkannya, bisa dibilang itu proyek ambisius. Termasuk ketika memeprsiapkan kelahiran anak pertama kami keputusan-keputusan yang sulit dan berat.
KPI vs OKR
Dalam organisasi, sering kali 2 tools ini dibandingkan. Dua tools ini sama-sama digunakan untuk mengukur kinerja namun dengan dengan pendekatan yang berbeda. OKR berfokus pada tujuan yang ingin dicapai dan cara mengukur keberhasilannya (Key Resultnya). Selain itu OKR juga lebih bersifat ambisius dan mendorong inovasi serta perubahan yang radikal (kebiasaan, culture).
Sedangkan KPI fokus pada mengukur kinerja operational yang sedang berlangsung. Fungsi KPI lebih kepada melacak tugas-tugas rutin dan lebih bersifat stabil.
Pendekatan yang diambil pun berbeda:
OKR:
- Mendorong inovasi dan pertumbuhan.
- Berorientasi pada masa depan.
- Bisa dicapai sebagian (tidak masalah jika tidak 100% tercapai).
- Bersifat fleksibel dan dapat diubah sesuai kondisi.
KPI:
- Mengukur efisiensi dan kinerja saat ini.
- Berorientasi pada angka tetap.
- Harus dicapai 100% (menunjukkan performa optimal).
- Lebih stabil dan jarang diubah.
Singkatnya adalah, KPI digunakan untuk mengukur dan mengelola kinerja (performa), sedangkan OKR digunakan untuk mengukur dan mengelola kemajuan (progress). Organisasi yang efektif melakukan keduanya.
Tentunya di tahun yang baru ini kita ingin membuat progress yang baru sehingga OKR lebih cocok untuk kita gunakan di sini.
The Anatomy of An OKR
Ngomongin OKR, tentu kita perlu mengetahui anatominya, dan setidaknya ada 2 plus 1 bagian dari OKR, yaitu Objective, Key Result, dan Initiatives.
Ini pun dapat kamu bagi menjadi periode waktu tertentu, seperti OKR per semester, hingga perquarter.
OKR itu bukan sekedar goal toos yang kita gunakan untuk mencapai sesuatu, namun lebih mendasar lagi sebagai cara kita dalam menerapkan kebiasaan-kebiasaan yang membawa pada perubahan atau inovasi. Akan sulit untuk dapat melakukan perubahan atau impact tanpa menerapkan OKR dengan benar.
Saya ambil contoh OKR keluarga kami di 2023 lalu.
Jika kamu tertarik untuk mempelajari lebih lanjut terkait OKR atau mungkin sedang ingin mengimplementasikan dalam bisnis atau organisasimu, jangan ragu untuk mengganggu saya.