Ketika menyebut mengenai istirahat pikiran kita langsung mengasosiasikan dengan berhenti bekerja, dan ketika berbicara mengenai rest dalam Ibrani 4:1, seolah di dalam Allah kita diminta untuk beristirahat tanpa mengerjakan apa-apa; seolah bekerja adalah hal yang terpisah dari kegiatan spritual.
Padahal bekerja adalah hal pertama yang diminta Allah ketika menciptakan manusia. Ketika Tuhan memanggil pelayanNya, mereka semua adalah pekerja dan bukan penggangguran. Ketika Allah memanggil Musa, ia sedang mengembalakan kambing domba Yitro, ketika Kristus memanggil Petrus, ia sedang bekerja sebagai penjala ikan.
His Rest
Umumnya istirahat dilakukan setelah kita menyelesaikan pekerjaan, sehingga perilaku kita pun cendrung bekerja dulu agar nantinya kita bisa memiliki uang yang cukup dan dapat beristirahat dengan tenang. Kita mengurus rumah dengan baik agar nantinya anak kita bisa hidup dengan baik. Kita belajar sungguh-sungguh agar nantinya hidup kita bisa terjamin dengan pekerjaan yang baik.
Tidak salah, namun hal ini yang dikatakan Ibrani 4:1, perlu untuk di waspadai, karena mungkin kita tidak dapat masuk dalam perhentian yang Allah telah sediakan.
Berbeda dengan pengertian 'rest' dunia, dalam kerajaan Allah kita justru perlu rest terlebih dahulu sebelum memulai bekerja. Dalam Ibrani 4:4 disebutkan bahwa Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaanNya, dan sering kali ini digunakan sebagai alasan kita pun harus bekerja dulu dan beristirahat kemudian. Padahal bagi manusia, hari ke tujuh penciptaan adalah hari pertama kita bersama-sama dengan Allah. Hari Sabbad adalah hari pertama yang manusia miliki sebelum 6 hari bekerja.
Rest di sini adalah ketika kita memulai segala pekerjaan kita dengan Kristus. Menempatkan Dia sebagai jaminan karya keselamatan yang telah selesai Ia kerjakan bagi kita. Sehingga ketika kita bekerja kita punya keyakinan bahwa hidup kita sudah tenang, sehingga ketika kita mengurus rumah kita memiliki keyakinan bahwa anak-anak kita hidup dengan baik karena Kristus, dan belajar karena kita sudah memiliki jaminan masa depan yang baik di dalam Kristus.
Dengan cara seperti ini attitude kita akan jauh berbeda, antara bekerja sebagai orang upahan dan bekerja sebagai ahli waris. Seorang upahan bekerja untuk mendapatkan hasil, seorang ahli waris bekerja untuk legacy.
Kita bisa bekerja dengan cara yang sama namun dengan attitude yang berbeda. Mulai tempatkan Kristus di dalam setiap aspek-aspek kehidupan kita, maka kita dapat bekerja di dalam perhentian yang Allah telah sediakan bagi kita: Kristus Yesus.