Takut Sama Kompetitor? Begini Cara Manghadapinya

7BD7E1B7-C144-4A97-9183-5DF4FDC0491D
Dalam workshop baru-baru ini di Semarang, ketika masuk dalam sesi pertanyaan, banyak sekali yg pertanyaan mengenai kompetitor. Bagaimana kita bersaing dengan kompetitor, Bagaimana kita membuat produk yg berkompetisi, hingga tools apa yg bisa kepoin (mengetahui) strategi dan tools yang digunakan oleh kompetitor kita.

Sebenarnya tidak hanya pada sesi workshop ini saja pertanyaan mengenai kompetitor in sering diajukan, dalam gorup-group WhatsApp atau diskusi terkait marketplace, business, atau marketing, pertanyaan mengenai kompetitor ini sering sekali diajukan.

Setidaknya ada tiga hal yang perlu Anda pahami ketika berbicara mengenai kompetitor atau kompetisi.

1. Tidak ada bisnis yg sehat tanpa kompetisi

Kompetitor itu perlu untuk validasi market, bahwa ada real problem yang bisa kita selesaikan dengan produk yang kita miliki. Dan kita tidak perlu untuk mahal-mahal melakukan RnD lagi. Selain itu kompetitor itu perlu untuk menjaga ekosistem yg sehat. Tanpa kompetitor harga di pasar menjadi tidak sehat, inovasi produk pun jadi berjalan lambat.

Jadi kompetisi itu memang menjadi keharusan. Jika tidak ada kompetitor bisa jadi karena 2 alasannya, pertama kita sangat jenius sehingga menjadi orang pertama yg melakukannya (wich is ini jarang sekali terjadi), atau memang marketnya tidak ada.

2. tempatkan kompetisi pada tempat semesatinya.

Bayangkan Anda sedang mengendarai mobil dalam sebuah balapan. Jika Anda selalu ingin melihat kompetitor Anda dengan jelas setiap waktu, tempat terbaik bagi Anda adalah selalu dibelakang kompetitor.
Jika Anda berkompetisi sambil selalu berusaha membandingkan diri Anda, sama halnya Anda selalu berusaha untuk menjaga kompetitor Anda selalu berada di samping Anda. Cepat atau lambat Anda akan mengalami kecelakaan.
Jika Anda menempatkan kompetitor Anda seperlunya saja, namun berfoku pada race Anda, makan kompetitor Anda akan berada di belakang Anda (lihat mereka seperlunya dengan menggunakan mirror kecil).

Jadi kompetitor itu perlu Anda lihat sekali-sekali saja, untuk sekedar tahu kompetitor sedang melakukan apa, ini untuk mengecek keadaan ‘ombak’ di pasar. Seperti halnya balapan mobil tadi, Anda melihat mobil di belakang hanya untuk memastikan Anda tidak berjalan sendirian di highway yg ada. Jangan sampai ketika Anda melihat kebelakang, sudah tidak ada lagi kendaraan yg mengikuti Anda, bisa jadi arah Anda sudah tersesat jauh.

3. Difrensiasi melalui value proposition, sehingga dari waktu ke waktu kompetisi menjadi tidak relevan.

Value proposition bukan sekedar difrensiasi yang kita cari-cari hanya sebagai pembeda dengan kompetitor. Dengan value proposition kita menciptakan difrensiasi / spektrum dari market yg sudah ada. Dari sini lah menjadikan kompetisi itu menjadi tidak benar-benar relevan.

Saya ambil contoh shampo. Walaupun semua orang punya kepala dan hampir semua orang punya rambut, namun menjadikan semua orang target market dari sebuah shampo adalah kesalahan besar, karena sama saja Anda tidak punya pasar/market (dan saat ini tidak ada merek shampoo yg target marketnya adalah semua orang — walaupun semua orang bisa menggunakan shampoo tersebut).
Ada market yg spesifik di sana, baik berdasarkan gender, demografi usia, profile activity sampai interestnya. Makanya kita melihat ada bermacam-macam merek shampoo di pasaran, padahal produknya sama, bahan dasarnya sama, kandungannya sama. Dari produk yg sama, namun memiliki value proposition yg berbeda.

Dengan value proposition ini akan menentukan bagaimana strategi marketing Anda, bagaimana konten Anda, bahkan hingga partner kolaborasi perusahaan Anda.

Jadi pastikan value perusahaan Anda in-line dengan value product Anda sehingga Anda dapat memiliki value proposition.

Joh Juda

Read more posts by this author.

Subscribe to

Get the latest posts delivered right to your inbox.

or subscribe via RSS with Feedly!