Kejadian Paling Horror Dalam Hidup...

photo_2024-04-21-20.11.24
Saya mau sharing pengalaman paling horror bagi saya. Scene film horror yang kayaknya paling saya takuti seumur hidup kalau terjadi, dan akhirnya saya alami sendiri...
photo_2024-04-21-19.45.20
Ini foto sebenarnya sehari setelah kejadian, sudah balik dari RS, dan sedang persiapan mau mandi, karena kata dokter tidak boleh kemasukan air, dan karena gak ada shower cap untuk telinga jadinya kayak gini 😅

Berawal dari Lina, istri saya, yang punya hobi membersihkan telinga suaminya, sedang menjalankan aktifitas hobinya tersebut: membersihkan telinga saya dengan berbagai peralatan canggihnya. Hal yang biasa sebenarnya, namun kali ini yang berbeda adalah itu dilakukan di tengah kehebohan anak-anak yang sedang bermain. Ini sangat terlarang sebenarnya dan biasanya saya paling paranoid. Bayangan saya selalu ada pada film horror Thailand yang scene-nya seperti ini: ibu sedang mengorek kuping suaminya dan anaknya main lalu kesenggol, alatnya nusuk ke telinga dan mati. Ok, saya nulis gini aja pasti sebagian dari kalian langsung meringis ngilu.

Dan yes, itu yg terjadi 5 menit kemudian. Awalnya ketusuk aja udah sakit. Saya menjerit histeris, yang aneh adalah gak ada yang bergeming, baik istri maupun anak. Kesel. Saya sempat berpikir, jangan-jangan ini sengaja?? Salah-satu dari mereka berdua dikuasai roh jahat seperti di film?. Sampai tibalah ketika tangan yang saya pakai untuk menutup telingan saya lepas dan lihat, dara segar ada di sana. Mau pingsan gw!

Di sitiulah Lina mulai sedikit (ya, sedikit!) bereaksi. Singkat cerita malam itu telinga saya dibilas dengan NHCL dan betadin (iya ya, gw baru sadar setelahnya, kok telingan dituang betadin??), dan menunggu keesokannya untuk ke THT.
Kenapa gak langsung ke UGD malam itu juga?
Karena saran adik saya yang dokter dan mantan kepala UGD, dalam kondisi demikian ke UGD pun akan diberikan obat nyeri dan menunggu dokter THT untuk pemeriksaan dan penanganan penyeluruh di keesokan hari.

Malam itu saya kesel banget dengan Lina, dengan anak saya, dengan semua hal yang bisa saya salahkan. Mulai dari Lina yang seharusnya bisa antisipasi dan aware dengan lingkungan, bahkan saya tidak bisa langsung memaafkan anak saya...

beberapa kali terbangun dari tidur karena sensasi yang asing di kuping dan beberapa kali darah masih merembes keluar.

Pada akhirnya jam 4.00 AM saya bangun, menuju tempat tidur anak saya. Melihat ia tertidur, wajah paling damai (wajah anak-anak itu seperti malaikat ketika mereka tertidur, dan seperti lucifer ketika mereka mulai menyalurkan 'energi' mereka). Saya cium keningnya, pada akhirnya sayangnya orang tua ke anak itu melampaui kemarahan, kekeselan, bahkan kebencian. Malam itu saya berdamai dengan kejadian tersebut. Kalau harus kehilangan satu telinga ya sudah, namun yang terpenting hal apa yang saya, Jonah, dan keluarga saya bisa belajar dari moment ini. Kehilangan satu kuping ini harus sepadan dengan pelajaran yang didapat oleh kami, pikirku.

Proses saya menyalahkan, menyangkal, lalu akhirnya menerima dan berdamai selesai di saat itu.

Keesokannya pagi-pagi saya berangkat ke RS Mitra Keluarga, antri paling pagi, masuk ke poli spesialis THT. Sewaktu menceritakan kronologinya saya berusaha untuk tenang dan tidak melebih-lebihkan, namun respon dokternya justru terlalu tenang, kayak kejadian yang saya ceritakan itu adalah kejadian sehari-hari ia temui. Mungkin itu cara dokter menenangkan pasiennya.

Setelah dicek ternyata ear drum saya aman, tanpa lecet/baret sama sekali. Memang ada pendarahan pada dinding telinga, namun tidak berbahaya. Hanya perlu dihentikan pendarahannya, gunakan obat tetes selama 5 hari ke depan, dan telinga akan kembali berfungsi seperti semula.

Kalau ditanya, apakah sakit banget?
Jujur kalau diingat kembali ketika peristiwa tersebut terjadi gak bisa bilang itu sakit banget... karena mungkin separuhnya lebih ke panik, shock, paranoid karena berbagai imajinasi akibat film-film horror. Faktanya saluran telinga kita melindungin gendang telinga dan seluruh organ vital kita dengan sangat baik.
photo_2024-04-21-19.45.28
Ketika saya tahu mengenai fakta ini dan bahwa telinga saya baik-baik saja, dalam hati jadi protes ketika lihat tagihan. Ini (ear) 'toilet' paling mahal yg pernah saya gunakan, setengah juta! Padahal malam sebelumnya nangis-nangis takut kehilangan pendengaran.

Moral of story-nya, sebenci-bencinya kita sama anak, kita tidak menyerah untuk mengurus dan membesarkan mereka (setidaknya sampai detik ini). Saya tidak mengungkit mengenai kesalahan yang ia buat dengan tujuan membuatnya merasa bersalah.

Saya jadi bisa sedikit membayangkan mengenai Bappa kita di Sorga. Bahkan jauh lebih baik lagi dari pada saya. Sejahat-jahatnya kita anak-anakNya, semarah-marahnya Dia terhadap perbuatan kita, pengampunan-Nya jauh lebih besar. Ia tidak menyerah terhadap kita. Kadang malah lebih sering kita yang tidak dapat mengampuni diri sendiri. Bahkan Bappa di Sorga tidak mengungkit kesalahan kita, karena sebenarnya semuanya sudah selesai di atas kayu salib. Tapi diri sendiri yang mengungkit dan selalu mengingatnya... itu karena kita belum menyadari sepenuhnya makna dari penebusan Kristus atas kita.

Joh Juda

Read more posts by this author.

Subscribe to

Get the latest posts delivered right to your inbox.

or subscribe via RSS with Feedly!