Salah-satu yang saya suka dari tempat kerja saya yang sekarang adalah memiliki akses langsung ke halte Trans Jakarta. Kalau sebelumnya area tempat kerja saya berada di kompleks, baik itu kompleks perumahan atau perkantoran, kali ini langsung berada di tepi jalan besar, sehingga pilihan saya dalam menggunakan alat transportasi lebih banyak, termasuk Trans Jakarta.
Bagi saya ada beberapa keuntungan menggunakan Trans Jakarta, selain karena ini transportasi paling cepat dari tempat tinggal saya yang berada di utara (karena halte Busway juga dekat dari tempat tinggal saya), ada beberapa hal lainnya:
5.000 Langkah
Ini adalah target minimal jalan saya perhari, dan ini hampir tidak mungkin tercapai jika transportasi yang saya gunakan adalah kendaraan bermotor. Kalau sebelumnya saya berangkat pergi-pulang bekerja dengan bersepeda, kali ini tidak memungkinkan karena kondisi jalan. Namun dengan busway setidak saya masih bergerak antara halte ke halte, dan minimum goal langkah kaki saya masih dapat tercapai.
Kenapa ini penting? Karena ketika memasuki usia 40 tahun masa otot kita mulai mengalami penyusutan dan ini akan semakin di perparah dengan gaya hidup yang malas bergerak. Justru semakin lanjut usia kita semakin perlu untuk rajin-rajin bergerak.
Mengenal Market
Hal yang saya nikmati ketika menggunakan transportasi umum adalah mengamati penumpang lain. Bagaimana pola dan kebiasaan mereka, apa yang mereka lihat di sosmed mereka, apa yang mereka dengar dari smartphone mereka, apa yang mereka bicarakan atau gosipkan dengan teman mereka, apa yang mereka gunakan sehari-hari. Pembicaraan di lift, apa yang mereka konsumsi sepanjang perjalanan, yang membuat mereka kesel, dsb.
Untuk apa sih?
Sebagai marketer kita perlu mengenal dan dekat dengan target market kita.
Dan siapa target market kita umumnya?
Orang-orang biasa. Kalau kita tidak biasa ada di tengah-tengah orang-orang biasa, maka kita tidak akan terbiasa mengetahui apa yang keseharian target market kita hadapi. Solusi yang kita berikan dalam bentuk produk yang kita tawarkan jadi 'sok tahu' atau mubazir.
Ini saya lupa pernah baca di mana, namun Ingvar Kamprad, pemilik sekaligus pendiri IKEA, lebih memilih untuk menggunakan pesawat kelas ekonomi ketika berkunjung ke berbagai gerainya di seluruh dunia, ketika dengan kekayaannya ia bisa saja membeli dan menggunakan pesawat jet pribadi. Terlepas dari gaya hidupnya yang memang sederhana, namun salah-satu alasannya adalah ia bisa dekat dengan orang-orang biasa. Dengan cara demikian ia bisa melihat dan memahami permasalahan orang biasa ('market'nya) dengan lebih baik. Bahkan ia makan di restoran IKEA, untuk bisa mendengar percakapan pelanggannya, apa yang keseharian pelanggannya alami.
Sebagai sales atau marketing, kita tidak sedang menjual barang, namun menawarkan solusi dan orang membeli solusi tersebut. Setiap hari kita berhadapat dengan ekspektasi dan kebutuhan market atau customer kita. Kalau sehari-hari kita tidak dekat dengan mereka tentunya akan sulit bagi kita untuk melihat kebutuhan sebenarnya dari market kita.