Micro-Manage and 'A' Players

photo_2023-11-21-00.43.52
kemarin saya sempat posting gambar ini di social media (IG dan X). Sebenarnya untuk lucu-lucuan aja, karena belakangan di time line sosmed saya banyak yang sedang ngomong dan ngeluhin soal micro-management. Namun secara tidak terduga ada yang respon gambar ini di X.com. Komentarnya kira-kira seperti ini, "micromanage butuh untuk tim/person yang performancenya jelek". Sebenarnya saya mau langsung respon, "semua micro-manager juga mikirnya gitu -- performance timnya jelek" :D

Namun saya urungkan dan pikir kayaknya mending dijadikan konten aja karena bakalan menarik.

Jadi apakah micro-manage memang diperlukan? Dan dalam situasi seperti apa bila diperlukan atau tidak diperlukan lagi?

Sebelum membahas diperlukan atau tidak, sebenarnya kita perlu bahas apa itu micro-management? Agar kita punya pemahaman yang sama terhadap micro manage ini.

Micro management adalah ketika manajer merasa perlu mengendalikan aspek pekerjaan dan pengambilan keputusan hingga tingkat yang ekstrim – lebih dari yang diperlukan atau sehat untuk hubungan kerja.

Menurut International Journal of Business and Management Invention,

micromanage adalah sebuah manajemen kepemimpinan di mana seorang atasan melakukan pengamatan berlebih terhadap kinerja bawahannya.

Jadi pada definisi yang manapun micro-manage bukan 'barang (gagasan) bagus'.

Yang kedua, kita perlu bedakan terlebih dulu antara micro manage sebagai gaya kepemimpinan dengan proses kepemimpinan.

Bagi leader dengan gaya kepemimpinan micro manage, di matanya tim akan selalu under performance sehingga ia merasa perlu untuk senantiasa micro managing timnya. Lalu diakhir biasanya akan mengeluh timnya gak kompeten sehingga akan berakhir dengan rasa frustasi, baik bagi yang memimpin maupun yang dipimpin.

Sedangkan ketika kita bicara micro manage sebagai sebuah proses, maka pasti akan ada awal dan ada akhir (namanya juga proses). Startnya ketika kondisi atau penilaian KPI karyawan/dept. yang jelek, dan tentu akhirnya adalah performance membaik atau out.

Saya sendiri ketika tim saya dalam performance yang buruk maka akan masuk dalam PIP (Performance Improvement Plan) dengan waktu maksimal 3 bulan. Setelah ini kalau tidak ada perbaikan maka out.

Apakah ini adalah micro-manage?
Belum tentu. Kita perlu lakukan analisa dulu apakah tim/orang tersebut memang perlu untuk di manage secara micro atau tidak.

Secara performance, tim/orang dibagi dalam dua bagian, yaitu skill dan internal-drive atau motivasi. Dan ini membagi tim dalam 4 kuadran. Kira-kira seperti ini.
IMG_3740

Ketika tim memiliki skill yang rendah, tidak punya self-drive yang tinggi, di sini lah micro-manage dibutuhkan. Micro-manage itu harus punya tujuan, goal, dan tentunya sebuah akhir. Micro manage yang baik yang akan mendorong tim memiliki skill dan atau self motivasi yang tinggi.

Kalau skill meningkat namun internal-drive masih kurang, di sinilah peran leader berubah dari micro-manage menjadi coach. Begitu juga ketika internal-drive meningkat namun skill masih kurang, maka tim perlu di support, yaitu dengan training, pelatihan, workshop dsb.
IMG_3741

Barulah ketika tim sudah memiliki skill dan internal-drive yang tinggi, tim baru dapat didelegasikan/dipercayakan dengan tugas-tugas yang menantang. Disinilah tim kita sebut A players, karena delegasi itu akan dianggap challenge untuk sebuah kesempatan, dan mereka juga sudah memiliki skill yang memadai untuk menyelesaikan tantangan tersebut.

Ini juga menjawab ya kapan sih peran manager dibutuhkan sebagai coach, sebagai supporter, atau delegator. Karena banyak para manager atau tim leader tidak tahu kapan harus berperan sebagai coach dan kapan sebagai supporter, bahkan mungkin tidak tahu bedanya. Tahunya hanya delegasi, delegasi, dan delegasi.

Di sini juga menjawab kenapa training bisa sangat berhasil untuk sebagian tim dan tidak berarti untuk tim yang lain, karena tim leadernya gagal untuk meng-assess timnya.

Setiap kuadran ini perlu matrix yang jelas untuk perpindahannya, sehingga sebagai manager kita tidak bias dalam meng-assess tim kita dengan baik.

Nah di tempat kamu sendiri atau mungkin diri kamu sendiri, micro manage itu sebagai gaya kepemimpinan atau proses kepemimpinan?

Joh Juda

Read more posts by this author.

Subscribe to

Get the latest posts delivered right to your inbox.

or subscribe via RSS with Feedly!